Selasa, 14 Januari 2014

Mencintaimu karena Allah

MENCINTAIMU KARENA ALLAH


"Jangan kau terima dia, sesungguhnya dia adalah pendusta agama yang berani-beraninya menjual nama Allah dan mengatas namakan agama demi bisa mendapatkan apa yang dikehendaki nafsunya!" teriak si pandir dengan muka yang memerah pertanda marah.

Tiba-tiba seorang mahasiswi peserta di sebuah kajian yang sedang diasuh si pandir meminta pendapat tentang pernyataan seorang pria yang menyatakan padanya "aku mencintaimu karena Allah", lalu si pandir memberikan sebuah pertanyaan, "Bagaimana kamu tahu dia mencintaimu karena Allah bukan karena nafsunya?" Lalu akhirnya dia berikan secarik kertas yang ternyata menyerupai surat cinta. Kemudian si Pandir pun membaca isi surat itu, dalam surat itu beberapa cerita yang menjelaskan alasan mengapa sang pria menyukainya dengan dibumbui sedikit pujian tentang rupa maupun akhlaq sang gadis, dibumbui dengan istilah-istilah yang terkesan agamis. Itulah mengapa si Pandir tiba-tiba emosi dan sewot seperti di atas. 

Bagaimana mungkin begitu beraninya dia menjual nama Allah demi mendapatkan hasrat pribadinya, demi mendapatkan wanita yang disukai nafsunya, bila mencintai karena Allah maka tak ada sedikitpun alasan atas apa yang dimiliki oleh sang gadis yang membuat sang pria tersebut suka, tetapi dia benar-benar mencintai murni alasan sebagai jalan untuk mencintai Allah, seperti bagaimana yang ditunjukkan oleh Rabbi'ah Asysyamiyah atas cintanya pada suaminya Imam Ahmad bin Abu al-Huwari.

Lalu si Pandir bercerita tentang Rabbi'ah Asysyamiyah, ia mencintai suaminya dan selalu berusaha memberikan layanan terbaik bagi suaminya, sesungguhnya rasa cinta yang diberikan oleh Rabbi'ah bukanlah untuk suaminya, tapi untuk Allah, karena Allah begitu mencintai seorang isteri yang memuliakan suaminya, maka mencintai dan berbakti kepada suami adalah jalan yang ditempuhnya demi mendapatkan cinta Allah. Padahal Rabbi'ah adalah seorang janda yang cantik lagi kaya, namun kemudian dia yang meminang Imam Ahmad seseorang yang miskin dan telah memiliki istri dengan alasan agar sang imam bisa memanfaatkan seluruh hartanya dengan tepat untuk kepentingan umat.

Begitupun Imam Ahmad, beliaupun menerima pinangannya bukan karena nafsu, malah sebelumnya sempat menolak, namun setelah mendapat petunjuk dari Allah dan gurunya maka Imam Ahmadpun akhirnya menerima pinangan dari Rabbi'ah, karena baik Rabbi'ah maupun Imam Ahmad sama-sama seorang hamba yang telah hilang hasratnya akan kesenangan dunia dan berfokus diri untuk meraih cinta Allah.

Kemudian si pandir melanjutkan Kini seringkali kita dengar kalimat yang tampak begitu indah diucapkan"Aku mencintaimu karena Allah" namun keluar dari seorang jejaka pada seorang gadis yang disukainya begitupun sebaliknya, padahal sesungguhnya mereka mencintai karena alasan rasa suka (nafsu) pada lawan jenisnya itu. Disadari atau tidak saat menyatakan kalimat itu buat nembak pasangan yang disukai saat itu kita tengah menjual nama Allah demi kepentingan pribadi, dan saat itu kita tengah tenggelam dalam lautan kemunafikan.

Bila kita mencintai Allah, maka bukan manusia yang jadi alasan, dan sesuatu yang dianggap baik oleh pandangan raga dan rasio kita, kita akan menikah dengan alasan karena itu aadalah jalan yang Allah sediakan untuk mencintai-Nya, karena di dalam pernikahan ada ujian untuk menguji kekuatan cinta kita kepada-Nya. maka untuk pasangan pun akan meminta benar-benar kepada Allah tak peduli siapa dan bagaimanapun calon pasangan yang Allah pilihkan dan akan dinikahinya.

Bagaimanapun cinta itu adalah rasa, seperti halnya rasa manis, asam, asin, pahit, getir, susah, senang, yang namanya rasa tak akan pernah rasio bisa menjelaskannya lewat kata-kata, bila ada seseoranga padamu kemudian dia menjelaskan berbagai alasan rasa tak akan pernah dia mampu menjelaskan kecuali yang keluar adalah kebohongan karena apapun yang diucapkannya tak akan mampu benar-benar menjelaskan rasa. Rasa itu tak memiliki alasan dan tak memiliki ukuran, maka bila seseorang mengatakan cinta kemudian dia menceritakan alasannya, maka sesungguhnya cintanya itu palsu,dia mencintaiapa yang menjadi kesukaan nafsunya sendiri yang dimiliki olehmu.

Lalu seorang mahasiswa nyeletuk, tapi kan bang bukankah Nabi sendiri ngajarin kita buat memilih jodoh itu karena 4 hal, Wajahnya, hartanya, keturunannya dan agamanya bang? mendengar pertanyaan seperti itu si pandir balik bertanya, kata Nabi mana yang paling diutamakan dari 4 kriteria itu? agamanya bang jawab mahasiswa tadi, nah itu pertanyaannya yang ente liat dari wanita itu agamanya dulu atau kriteria yang lainnya? tanya sama hati ente sendiri, kira-kira bila si gadis begitu shaleh agamanya namun buruk sekali rupanya, miskin sekali keadaannya dan keluarganya semuanya adalah penjahat dan buruk sekali perangainya apakah kau akan memilihnya? si mahasiswa pun terdiam. Si Pandir lalu melanjutkan, padahal bila kau memilih dia sesungguhnya itulah jalan tol tercepat untuk meraih cintanya Allah. Kemudian si Pandir mengutip sebuah ayat:

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah." (QS. Al Baqarah : 165)

Banyak orang yang mengaku-ngaku mencintai Allah, tapi dia mencintai kesenangan yang ada pada dunia, kecantikan, kekayaan, kemakmuran, kedudukan dan keindahan serta kesenangan dunia lainnya, maka apa yang kita sukai dan cintai itu adalah tandingan-tandingan Allah. Coba tanya pada diri masing-masing, apakah kita benar-benar mencintai Allah, atau kita orang-orang yang berbagi cinta dengan selain Allah? Yah dan pertanyaan terakhir Si Pandir seperti biasa selalu mampu menutup setiap kajiaannya dengan membuat setiap pesertanya tertunduk malu, mengurai air mata pertaubatan kemudian tenggelam dalam lautan kesadaran atas segala kesalahan dan kehinaan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar